Waspada, setiap menit ada serangan cyber datang!

Waspada, setiap menit ada serangan cyber datang!


 Saat ini memang ancaman global dari dunia cyber semakin marak. Hal ini tentu saja seirama dengan perkembangan internet dan teknologi informasi yang semakin pesat.
Indonesia pun pernah menjadi korbannya. Seperti serangan hacker Filipina yang telah menyerang setidaknya 15 situs-situs Indonesia baru-baru ini. Aksi itu terkait sebagai bentuk pesan protes mereka atas keputusan bakal dieksekusi matinya warga negara Filipina, Mary jane Veloso.
Terlepas dari kasus itu, kondisi ancaman global di dunia cyber semakin tak bisa dibedakan mana serangan dari lokal dan mana dari global. Kondisi semacam itu menimbulkan ancaman baru di dunia cyber. Kondisi ancaman global kini sudah menyatu dengan lokal. Hilang itu batasan-batasan mana lokal dan global. Ini menimbulkan ancaman baru. Ancaman ini tidak hanya dari sisi IT. Tapi juga dari sisi sosial
Terlebih, banyaknya akun yang digunakan oleh para pengguna internet tak sesuai dengan identitas aslinya. Sehingga hal ini, menjadi persoalan sekaligus ancaman baru yang harus diantisipasi.
Anonymity juga berpotensi menjadi ancaman baru. Simple-nya, semakin banyak jumlah penduduk cyber meningkat tajam, semakin tinggi pula penduduk cyber dengan perilaku yang berbeda, maka semakin tinggi pula ancamannya. Data bahwa di dunia setiap menitnya ada 232 PC yang terinfeksi malware, 20 korban baru akibat ganasnya penyerangan di dunia cyber, 12 website diretas, dan 416 percobaan ancaman cyber.

Hacker Indonesia Serang Banyak Situs

Indonesian Cyber Freedom (INCEF) telah meretas sejumlah situs sebagai bentuk prihatin atas kisruh KPK vs Polri.
Indonesian Cyber Freedom (INCEF) telah meretas sejumlah situs sebagai bentuk prihatin atas kisruh KPK vs Polri.

Salah satunya seperti yang dilakukan oleh kelompok hacktivist yang menamakan dirinya sebagai Indonesian Cyber Freedom (INCEF). Kelompok hacker ini mengklaim telah berhasil meretas sejumlah situs, termasuk beberapa situs berita daerah.

INCEF melakukan teknik deface, alias mengubah tampilan laman situs yang diretas, dengan foto salah satu anggota grup musik JKT48 yang tengah memegang karangan bunga berlogo INCEF.

Pada laman situs yang di-deface juga disematkan pesan yang berbunyi, "Hacked by Mr. HaurgeulisX196 | Indonesian Cyber Freedom". Lalu dibubuhi pula dengan tulisan, "Semoga cepat selesai atas kasus KPK-Polri. Jadikan Indonesia negara yang maju. Made in Indonesia".
Di akun fanpage Facebook resmi INCEF, terdapat informasi daftar lengkap situs-situs yang sudah menjadi korban peretasan. Beberapa di antaranya adalah kabarejember.com, bekasinews.com, liriklagu.my.id, tribunsumbawa.com, sumbawanews.com dan provinsisumbawa.com.

Saat dicoba dikunjungi, situs-situs tersebut memang tidak dapat diakses. Namun penampakan laman yang telah ter-deface tidak muncul. Hanya muncul tulisan: No data receivedUnable to load the webpage because the server sent no data.

Kasus Hacking Sony Pictures Entertainment

Seiring tahun berlalu, kasus hacking atau peretasan semakin sering terjadi. Kasus peretasan umumnya bertujuan untuk mengambil data-data tertentu yang dimiliki target. Tapi ada juga peretasan yang bertujuan menghancurkan data atau sistem tertentu sehingga berdampak kerusakan digital.

Contoh kasus peretasan yang menimbulkan kerusakan digital, pertama kali terjadi di Arab Saudi serta Iran pada 2012 lalu. Saat itu komputer-komputer yang dipakai industri minyak diserang oleh malware perusak sistem.

Sementara itu salah satu kasus yang juga terjadi adalah peretasan Sony Pictures Entertainment yang memicu ketegangan antara Amerika Serikat dengan Korea Utara pada November 2014. Hari itu para karyawan perusahaan perfilman itu menemukan kejutan aneh: sebuah gambar tengkorak warna merah muncul di komputer-komputer mereka.

Bersama dengan itu, tampil jua pesan bahwa ada rahasia perusahaan yang akan dibocorkan. Email perusahaan pun ditutup, akses VPN bahkan Wifi dipadamkan seiring tim admin IT mereka berusaha memerangi penyusup itu.



Selanjutnya terjadi kehebohan besar. Kelompok peretas yang mengaku sebagai Guardian of Peace (GoP) pun menyebarkan lebih dari 40GB data rahasia perusahaan tersebut.

Di antara data yang bocor itu termasuk data medis karyawan, gaji, tinjauan kinerja, bayaran untuk para selebriti, nomor jaminan sosial, serta salinan beberapa film yang belum dirilis.

Ada dugaan bahwa peretasan ini masih akan berbuntut panjang. Para peretas mengklaim ada total 100 TB data yang berhasil mereka curi, termasuk seluruh database email. Data 40GB yang sudah dibocorkan, hanyalah bagian kecil dari itu.

Terkait peretasan ini, Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa pelakunya adalah Korea Utara. Namun tuduhan itu dibantah. Bahkan negeri komunis itu sempat menawarkan kerjasama untuk menyelidiki pelakunya.

TOKOPEDIA YANG TERJERAT PHISING


Pada Tanggal 17 Desember 2014, Korban Melakukan Chating Dengan Si Penjual Dan Melakukan Pemesanan Barang, Dan Kemudian Mentransfer Sejumlah UangSebagai Pembayaran.


 
Pada tanggal 17 malam, korban mendapat pesan pribadi yang tak sangka itu adalah link palsu yang berisi agar korban memverifikasi nama, no hp, email, agar bisa mendapatkan voucher belanja dan hargadiskon.



 

 Pada Pagi Harinya Korban Mendapat Email Bahwa Barang Yang Dipesan Telah Di Proses

Dan KorbanMendapat Email BahwaBarangYang DipesanTelah Di KirimMelaluiJneDengan No Resi Mug873857292734 Dan SetelahDiCekKokTernyata DiJneTidak Ada Track Nya… 



Dan tiba-tiba si korban mendapat email bahwa barang yang dipesan telah di terima, padahal korban belum menerima barangya. Setelah itu korban melakukan komplain pada pihak tokopedia, dan mendapat jawaban bahwa akun korban telah dihack dan menyarankan agar korban pergi ke bank untuk memblokir dana dari si penjual, tetapi pada saat konfirmasi ke bank ternyata dana di rekening si penjual telah kosong dan kemungkinan besar data nasabah adalah palsu. 

“saya kemandiri tanya akunnya apa masih aktif atau ada dana ga, kata dari pihak bank mandiri, asal rekening nya berasal daripadang, kemungkinan besaritu identitas palsu. Kata dari pihak bank mandiri orang nya agaklicik, ada dana langsung di tarik sampai nol…
Hari ini saya ke kantor polisi minta surat penipuan…” kata korban.


Dari pengalaman, polisi menyebutkan kemungkinan banyaknya akun penipu lainnya di toko online lainnya, dan menyarankan agar berhati-hati jika melakukan pembelian secara online.




Tindak penipuan yang dialami oleh beberapa pengguna Tokopedia beberapa waktu lalu sebenarnya terjadi karena beberapa faktor seperti pembeli melakukan transaksi di luar sistem Tokopedia dan juga terjebak dengan modus penipuan online yang saat ini sedang marak terjadi yaitu Phishing. Phishing sendiri merupakan aktivitas yang dilakukan para peretas untuk mencuri data-data rahasia pengguna dengan membuat situs palsu yang menyerupai suatu situs resmi dan mengajak pengguna untuk masuk ke situs palsu tersebut.
Biasanya phisher (sebutan untuk orang yang melakukan phishing) mengecoh pengguna dengan menggunakan nama situs dan tampilan yang hampir 100% sama dengan situs asli, misalnya www.tokopedia.com diganti menjadi www.admin-tokopediiia.cz, www.tokopediiiia.com dan sebagainya.

Saat masuk ke situs palsu tersebut, pengguna akan diminta memasukkan email dan kata sandi, seakan-akan seperti pengguna login di situs resmi. Kemudian mereka akan mencuri email dan kata sandi yang digunakan pengguna untuk login, serta menyalahgunakan akses akun tersebut untuk kepentingan pribadi.
Agar terhindar dari modus penipuan online yang satu ini, kami sarankan agar Anda selalu memastikan bahwa situs yang Anda kunjungi adalah benar-benar situs resmi Tokopedia yakni www.tokopedia.com. Selain itu, hindari untuk melakukan transaksi di luar sistem Tokopedia. Jika ada penjual yang mengajak untuk bertransaksi di luar Tokopedia, sebaiknya Anda menolak agar terhindar dari tindak penipuan. Pastikan Anda hanya melakukan pembayaran ke nomor rekening atas nama PT TOKOPEDIA, bukan nomor rekening atas nama pihak-pihak lain. Tokopedia tidak bertanggung jawab atas semua transaksi yang terjadi di luar sistem Tokopedia.
Selain itu, harap berhati-hati pula dengan pihak yang mengirimkan pesan pribadi ke akun Tokopedia Anda dan meminta data-data pribadi, ataupun yang memberikan link tertentu dan meminta Anda untuk meng-klik link tersebut.

Data-data pribadi yang sebaiknya tidak Anda sebarluaskan meliputi:

  • Email dan password akun
  • Nomor rekening, termasuk juga nama pemilik rekening dan bank
  • Nomor telepon
  • Detail transaksi yang Anda lakukan
  • dan sebagainya.

Data-data pribadi bisa menjadi akses bagi orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyalahgunakan akun Tokopedia Anda untuk kepentingan pribadi. Oleh karena itu, jangan pernah memberikan data-data tersebut kepada pihak lain selain Tokopedia. Perlu kami infokan bahwa setiap pesan pribadi dari akun resmi Tokopedia pasti menyertakan label “Administrator” pada bagian atas. Jika Anda mendapatkan pesan pribadi yang meminta data-data tertentu, tapi tidak terdapat label “Administrator”, harap untuk mengabaikan pesan tersebut.

SUMBER korban : http://benysalim.com/2014/12/18/modus-penipuan-di-tokopedia
/https://blog.tokopedia.com/2015/01/hati-hati-dengan-penipuan-yang-mengatasnamakan-tokopedia